Minggu, 19 Oktober 2008

OSTEOPOROSIS

I. Pengertian
Osteoporosis berasal dari kata “osteon” yang dalam bahasa Yunani berarti tulang dan “porosis” yang berarti penuh lubang kecil atau berpori-pori. Osteoporosis merupakan suatu kondisi berkurangnya massa tulang dimana tulang menjadi rapuh dan bahkan kadang-kadang patah.
II. Patofisiologi
Penyusun utama tulang sesungguhnya adalah mineral tulang yang mengandung kalsium, fosfor, dan protein yang disebut kolagen.komponen kalsium dan fosfor membuat tulang keras dan kaku, sedang serat-serat kolagennya membuat tulang menjadi kuat. Kalsium adalah bahan mineral dengan banyak fungsi. Disamping memberikan kekuatan pada tulang dan gigi, kalsium dapat larut dalam darah dan cairan tubuh. Dalam keadaan larut kalsium memainkan peranan dalam kontraksi otot, kerja jantung, pengiriman impuls, dan sistem pembekuan darah.
Pada waktu-waktu tertentu kalsium dikeluarkan dari tulang untuk memenuhi persediaan kalsium dalam darah, dan dalam proses ini tulang menjadi lemah. Hal ini terjadi jika makanan yang kita makan terlalu rendah kadar kalsiumnya dan bila kita tidak giat seara fisik. Pada waktu-waktu tertentu lainnya takaran kalsium yang meningkat memasuki tulang dari aliran darah, membuat tulang lebih padat lebih kuat dan lebih besar. Ini terjadi jika kita melakukan pekerjaan yang menuntut fisik dan berlatih olah raga, dan juga jika terdapat banyak kandungan kalsium dalam makanan kita.
Proses penyerapan dan pembentukan tulang baru (bone remodellingi) melibatkan dua jenis sel. Sel osteoblas yang berperan dalam proses pembentukkan tulang (bone formation) atau disebut dengan mineralisasi, dan sel osteoclast yang berperan sebaliknya dalam proses penyerapan tulang (bone resorption) atau disebut dengan demineralisasi.Kerja kedua sel ini dipengaruhi beberapa faktor yang bersifat kompleks. Vitamin D, beberapa hormon (seperti paratiroid dan kalsitonin, dan kecukupan konsumsi fosfor berpengaruh atasnya.


Vitamin D
Berperan dalam proses pematangan dan pertumbuhan sel-sel kekebalan tubuh dan sel darah, bekerja menjaga kadar kalsium tetap tinggi. Dengan cara meningkatkan penyerapan mineral kalsium pada sistem pencernaan serta mengurangi pembuangannya dari ginjal.

Hormon Paratiroid
Terdapat disekitar leher depan kita menjaga keseimbangan kadar meneral kalsium dengan mengaktifkan kerja sel osteoclast sehingga mineral ini banyak dilepaskan dari tulang ke dalam darah. Bersama vitamin D, hormon ini meningkatkan penyerapan mineral kalsium dari saluran pencernaan.

Hormon Kalsitonin
Mempertahankan keseimbangan meneral kalsium dengan meningkatkan kerja osteoclast dan pembuangan mineral melalui ginjal. Bila kadar kalsium dalam darah berlebihan, hormon kalsitonin yang aktif. Sebaliknya, bila kadar kalsium dalam darah rendah, hormon paratiroid dan vitamin D akan aktif.

Fosfor
Konsumsi fosfor yang cukup akan mengurangi pembuangan kalsium dari urine sehingga dengan sendirinya fungsi sel osteoblast tidaklah aktif.

Kadar kalsium normal dalam darah berada pada kisaran 10 mg%. jika lebih dari 10 mg% dapat dikategorikan sebagai hiperkalsemik. Sebaliknya, jika kurang dari 10 mg% termasuk hipokalsemik. masa pembentukkan kepadatan tulang akan mencapai titik maksimal (peak bone mass) pada kurun waktu 30-40 tahun.
Kehilangan kepadatan tulang pada pria dan wanita berbeda. Pria hanya kehilangan 20-30% massa tulang selama hidupnya, sedangkan wanita kehilangannya bisa lebih tinggi lagi, yaitu 30-40%. Usia 70 tahun wanita kehilangan kepadatan tulang dapat mencapai 50%, sedangkan wanita usia 90 tahun kehilangan baru mencapai 25%.
Secara literal, osteoporosis berarti “tulang keropos”. Karena usia, aktivitas osteoclast (resorpsi) meningkat dan aktivitas osteoblast (formasi) menurun. Kondisi ini menyebabkan ketidak seimbangan dalam proses “pembaruan” tulang. Jika proses formasi atau penggantian tulang tidak sempurna, tulang menjadi lemah dan osteoporosis pun muncul. Tulang akan kehilangan masa tulang dalam jumlah besar sehingga kekuatannya pun melorot drastis. Penurunan persepuluh kepadatan tulang saja menimbulkan risiko patah tulang 2-3 kali lebih sering. Kalau kondisi ini dibiarkan, risiko patah tulang sulit dihindari. Proses ketidak seimbangan ini muncul secara alamiah seperti akibat pengaruh usia lanjut, menopause, gangguan hormonal, dan ketidak efektifan tubuh. Persoalan osteoporosis pada lansia erat sekali hubungannya dengan kemunduran produksi beberapa hormon pengendali remodelling tulang, seperti kalsitonin dan hormon seks (esterogen dan testosteron). Dengan bertambahnya usia, produksi beberapa hormon tersebut akan merosot.

III. Tinjauan Penyakit
A. Penyebab atau Faktor Resiko
Secara garis besar osteoporosis terdiri dari 2 tipe yaitu:
1. Tipe primer, terdiri dari :
Sub tipe I : terjadi pada wanita yang telah mengalami menopause
Sub tipe II : berusia lanjut lebih dari 70 tahun
Sub tipe idiophatik : didapati pada wanita dan pria dalam usia relatif jauh lebih muda
2. Tipe sekunder, disebabkan faktor dari luar seperti kelainan hormonal, kelainan pola makan, penggunaan obat-obatan, serta gaya hidup.
Faktor-faktor risiko terserang osteoporosis dan keretakan tulang :
1. Berusia 55 tahun atau lebih
2. Faktor genetik dan medis
a. Riwayat keluarga menderita osteoporosis
b. Keturunan kaukasia atau asia / tidak termasuk etnis negro
c. Wanita yang kurus atau bertulang kecil
d. Wanita yang telah mengalami menopause dan kadar esterogennya rendah atau wanita yang mengalami menopause dini (sebelum umur 45 tahun)
e. Pernah mengalami keretakan tulang yang terjadi dengan mudah, tanpa trauma besar
f. Penggunaan kortison tiap hari
g. Diare kronis atau pengangkatan sebagian usus dengan pembedahan
h. Penyakit ginjal dengan dialisis
3. Faktor gaya hidup
a. Merokok sigaret
b. Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan
c. Kurang olah raga (terutama yang mempunyai berat badan besar)
d. Kurang mengkonsumsi kalsium
e. Tidak pernah mengandung
f. Kurang vitaminD dari sinar matahari, makanan atau suplemen
g. Mengkonsumsi makanan yang berkadar protein tinggi
h. Konsumsi garam dalam julmah besar
i. Suka mengkonsumsi minuman ringan, baik yang mengandung kafein maupun bebas kafein secara berlebihan
j. Anoreksia nervosa

B. Insiden
Penyakit yang dikenal dengan keropos tulang ini memang biasanya dialami oleh orang yang berusia lanjut. Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI, seiring dengan bertambahnya usia harapan masyarakat Indenesia yang meningkat dari 64,71% di tahun 1995-2000 menjadi 67,68% di tahun 2000-2005, dan populasi penduduk lanjut usia mencapai 18,4 juta di tahun 2005, 19,7% dari populasi tersebut menderita osteoporosis. Akan tetapi, osteoporosis juga merupakan silent desease (penyakit diam-diam) sehingga tidak heran seringkali penderita tidak menyadari bahwa dirinya mengalami keropos tulang.
Penyakit osteoporosis sering kali terjadi pada wanita karena dihubungkan dengan penurunan hormon wanita yaitu esterogen yang sangat erat kaitannya dalam pembentukan dan penyerapan tulang. Tetapi bukan berarti pria harus berleha-leha terhadap ancaman osteoporosis. Berkurangnya massa tulang dan kepadatan tulang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berperan dalam metabolisme tulang. Berdasarkan hasil data penelitian yang menyebutkan bahwa wanita berumur 65 tahun keatas yang menderita osteoporosis 15-20% dan umur 80 tahun lebih banyak lagi, yakni sekitar 25-40%. Menurut penelitian Institut Kedokteran Garvan, diperkirakan 25% wanita dan 6% pria di Australia bakal terkena osteoporosis. Setiap tahun diperkirakan 20.000 wanita mwngalami keretakan tulang panggul, dan dalam setahun satu diantaranya akan meninggal karena komplikasi. Pada tahun 90-an diseluruh dunia diperkirakan terdapat 1,6 juta kasus patah tulang panggul, dan diramalkan akan terus meningkat hingga 3,94 juta kasus pada tahun 2025 dan 6,26 juta kasus dalam 25 tahun berikutnya seiring dengan semakin tingginya usia harapan hidup.
Kecendrungan penyakit osteoporosis diseluruh muka bumi menurut WHO, dapat dikatakan sangat mengkhawatirkan. Pada pertengahan abad mendatang jumlah patah tulang panggul karena osteoporosis diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat dari 1,7 juta di tahun 1990 menjadi 6,3 juta kasus di tahun 2050 kelak. IOF juga menyebutkan bahwa diseluruh dunia, satu dari tiga wanita dan satu dari delapan pria yang berusia 50 tahun keatas memiliki resiko mengalami patah tulang akibat osteoporosis dalam hidup mereka.

C. Tinjauan Aspek Manusia, Tempat, dan Waktu
Osteoporosis banyak didapati pada mereka yang telah lanjut usia. Tidak perlu diragukan lagi, memang ada hubungan erat antara osteoporosis dengan usia lanjut. Saat seseorang menginjak usia 25 tahun, secara perlahan namun nyata fungsi organ tubuh akan mengalami penurunan dengan tingkat persentase berbeda-beda. Dengan bertambahnya usia produksi dari beberapa hormon akan merosot, hanya saja penurunan produksi beberapa hormon berbeda-beda satu sama lain. Kalsitonin yang menyokong aktivitas sel osteoblast, sehingga memungkinkan terjadinya pembentukan tulang akan mengendur aktivitasnya setelah seseorang menginjak usia ke-50. Disusul kemudian dengan penurunan esterogen pada kurun waktu usia 48-52 tahun. Terakhir testosteron pada usia diatas 70 tahun. Selain itu juga osteoporosis disebabkan kemunduran fungsi pencernaan, serta berkurangnya aktivitas fisik.
Menopause adalah salah satu dari faktor resiko terjadinya osteoporosis. Banyak penelitian menunjukkan menopause alamiah muncul rata-rata pada usia 48-52 tahun. Di Indonesia sendiri diperkirakan terjadi pada usia antara 49-50 tahun. Sebuah penelitian multidisipliner, yang dilakukan seorang antropolog dan dua orang spesialis obstetri dan ginekologi yang meliputi daerah Jateng dan Minangkabau serta meliputi golongan ekonomi atas, menengah, dan bawah menemukan umur rata-rata menopause pada wanita Jateng adalah 50,2 tahun. Untuk daerah Minangkabau dicapai pada usia 48,7 tahun. Umur paling muda diantara wanita pedesaan pada kedua kelompok ini adalah 36 tahun untuk Jateng dan 48 tahun untuk Minangkabau.
Pada waktu menopause ada kemerosotan curam produksi esterogen dalam tubuh wanita. Esterogen sangat efektif dalam menghentikan proses penipisan tulang, dan meningkatkan kekuatan tulang. Setelah esterogen tidak lagi berlimpah tulang larut lebih cepat dari pada menjadi padat karena kalsium berkurang dan tulang wanita bisa menjadi lebih lunak, lebih lemah dan lebih mudah patah.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit
1. Menurut The Wheil
a. Faktor fisik
- Lingkungan rumah yang kurang kondusif untuk penderita osteoporosis
· Kurangnya paparan sinar matahari
· Lantai kamar mandi yang licin
· Terdapat barang berserakan
· Tangga yang tidak ada pegangannya, dll
b. Faktor sosial
- Perokok berat
- Anoreksia nervosa
- Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan
- Kurang olah raga
c. Faktor biologis
- Wanita yang telah mengalami menopause
- Wanita kurus atau bertulang kecil
- Kurang mengkonsumsi kalsium
- Malnutrisi



2. Menurut John Gordon / Triangle Epidemiologi
Host (manusia) Agent
- daya tahan tubuh - defisiensi kalsium
- kebiasaan Environment
- umur - kurang paparan sinar
- ras matahari
- faktor genetik - perokok berat
- jenis kelamin - keadaan ekonomi

3. Menurut The Web Of Caution

Merokok menopause dini
H.Esterogen
Wanita menopause

Koping terhadap malnutrisi
osteoporosis
stress defisiensi
kalsium

Diare kronis

Kurang olah raga



E. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Prinsip pencegahan berdasarkan konsep menurut Clark :
1. Promotion
a. Pendidikan kesehatan/penyuluhun pada masyarakat tentang osteoporosis dan pengaruhnya terhadap kehidupan
b. Pendidikan kesehatan pada ibi hamil dan menyusui untuk memenuhi kebutuhan kalsium yang cukup tinggi
c. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan tidak merokok dan minum-minuman keras
d. Pemeliharaan kesehatan perorangan dengan meningkatkan asupan nutrisi yang berkadar kalsium tinggi dan vitamin D untuk mencegah osteoporosis

2. Specific protection
a. Rajin berolah raga
b. Upayakan mencapai BB ideal
c. Penuhi kebutuhan nutrisi dengan menambah kalsium dan vitamin D
d. Hilangkan kebiasaan merokok, mengonsumsi alkohol dan kafein
e. Upayakan menghindari cidera jatuh
f. Berjemur ±15 menit dibawah sinar matahari pagi atau sore hari, membantu tubuh mensintesa atau membuat vitamin D

3. Early diagnosis and prompt treatment
a. Pemeriksaan radiologi tulang khusus yakni CT-Scan
b. Pemeriksaan laboratorium dengan pengukuran kadar kalsium total, kalsium ion, fosfor, kalsitonin serum, fosfatase alkali, hidroksiprolin urine, osteokalsin, prokolagen peptida, Pyridinoline (PXD), dan Pyridinoline cross link(DPD), vitamin D, hormon paratiroid serta hormon tyroid.

4. Disability limitation
Pencegahan dan pengobatan osteoporosis melibatkan pemberian nutrisi yang kaya kalsium, fosfor, dan vitamin D, olah raga teratur, menghindari faktor risiko dan juga dengan obat-obatan.
a. Pengobatan yang aman dan efektif diantaranya :
1) Osteonate
Mengandung risedronate, suatu bifosfonate yang bekerja sebagai antiresobsi tulang. Pada tingkat seluler residronate menghambat aktifitas osteoklas dan memicu proses apoptosis osteoclast. Dikonsumsi dengan dosis 5 mg perhari dengan segelas air putih (200ml) minimal 30 menit sebelum makan.
2) Osteofem
Mengandung kalsiterol, suatu metabolit aktif dari vitamin D. bekerja meningkatkan absorbsi kalsium di usus dan juga mengatur meneralisasi tulang. Diberikan dosis 0,25 mg dua kali sehari.
b. Asupan kalsium
c. Hormone Replacement Therapy (HRT)
HRT adalah kombinasi antara esterogen dan progesteron. Pemberian HRT adalah untuk mencegah keropos telang lebih lanjut.
d. Bifosfonate, mengurangi resorbsi tulang dengan menghambat osteoclast.
e. Kalsitonin, menghambat resorbsi tulang,
f. Selective Esterogen Receptor Modulator (SERM), membantu meningkatkan kepadatan mineral tulang dan alternatif yang diperlukan untuk HRT, karena mereka tidak mempunyai pengaruh terhadap jaringan payudara dan selaput lendir, termasuk uterus. SERM juga digunakan untuk pengobatan beberapa jenis kanker payudara

IV. Skrening
Kelainan osteoporosis dapat diketahui lebih awal melalui pemeriksaan radiologi tulang khusus, yakni dengan tekhnik Osteo CT-Scan, meliputi :
Tekhnik
Bagian yang diperiksa
- Single Photon Absorptiometri (SPA)
- Dual Photon Absorptiometri (DPA)

- Quantitative Computed Tomography (QCT)
- Dual Energy X-Ray Absorptiometri (DEXA)
(paling sering digunakan)
- Total Energy X-Ray Absoptiometri (TBNAA)

- Tulang bagian lengan bawah
- Tulang belakang dan bongkol tulang
paha
- Tulang belakang
- Tulang belakang, lengan bagian bawah,
panggul
- Jumlah seluruh kalsium yang terdapat
dalam tubuh dan jumlah kalsium yang
hilang dari tubuh satu tahun kemudian

Pemeriksaan laboratorium sebagai pelengkap yang sangat mendukung untuk mengetahui latar belakang penyakit :
o Pengukuran kadar osteokalsin, pyridinoline/deoxypyridinoline cross link, serta fosfatase alkali dalam darah untuk mengetahui gangguan pada pembentukan tulang.
o Pengukuran kadar pyridinoline dan hidroksiproline urine untuk mengetahui gangguan penyerapan tulang.
o Pungukuran kalsium (baik dalam darah maupun urine), kadar fosfat, vitamin D, hormon paratiroid, dan kadar kalsitonin untuk mengetahui adanya gangguan metabolisme kalsium.

V. Pemeriksaan Diagnostik Pilihan
1. DEXA Scan (Dual Energy X-Ray Absorptiometri)
Merupakan metode paling akurat untuk mendiagnosa osteoporosis. DEXA Scan mengukur kepadatan tulang dan memfokuskan pada kepadatan tulang panggul, tulang belakang, dan tulang pergelangan. Pada pasien osteoporosis, bagian-bagian ini merupakan bagian yang beresiko tinggi untuk patah.
2. Laboratorium darah dan urine
Untuk mengidentifikasi substansi yang terlibat dalam pelarutan tulang.

VI. Therapi
1. Pengobatan dengan :
a. HRT
b. Bifosfonate
c. SERMS
d. Osteonate dan Ostefem
2. Asupan kalsium yang adekuat

VII. Riwayat Penyakit yang Khas
Pada penderit osteoporosis biasanya riwayat penyakit yang khas adalah :
1. Kerabat perempuan yang menderita osteoporosis
2. Pernah mengalami keretakan tulang yang terjadi dengan mudah tanpa trauma besar
3. Menopause dini

VIII. Aspek yang Menentukan Prognose Penyakit
1. Asupan nutridi terutama kalsium, fosfor, vitamin D yang tidak adekuat
2. Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol yang sulit di hentikan atau dibatasi
3. Cidera khususnya jatuh

Tidak ada komentar: