Minggu, 19 Oktober 2008

OSTEOPOROSIS

I. Pengertian
Osteoporosis berasal dari kata “osteon” yang dalam bahasa Yunani berarti tulang dan “porosis” yang berarti penuh lubang kecil atau berpori-pori. Osteoporosis merupakan suatu kondisi berkurangnya massa tulang dimana tulang menjadi rapuh dan bahkan kadang-kadang patah.
II. Patofisiologi
Penyusun utama tulang sesungguhnya adalah mineral tulang yang mengandung kalsium, fosfor, dan protein yang disebut kolagen.komponen kalsium dan fosfor membuat tulang keras dan kaku, sedang serat-serat kolagennya membuat tulang menjadi kuat. Kalsium adalah bahan mineral dengan banyak fungsi. Disamping memberikan kekuatan pada tulang dan gigi, kalsium dapat larut dalam darah dan cairan tubuh. Dalam keadaan larut kalsium memainkan peranan dalam kontraksi otot, kerja jantung, pengiriman impuls, dan sistem pembekuan darah.
Pada waktu-waktu tertentu kalsium dikeluarkan dari tulang untuk memenuhi persediaan kalsium dalam darah, dan dalam proses ini tulang menjadi lemah. Hal ini terjadi jika makanan yang kita makan terlalu rendah kadar kalsiumnya dan bila kita tidak giat seara fisik. Pada waktu-waktu tertentu lainnya takaran kalsium yang meningkat memasuki tulang dari aliran darah, membuat tulang lebih padat lebih kuat dan lebih besar. Ini terjadi jika kita melakukan pekerjaan yang menuntut fisik dan berlatih olah raga, dan juga jika terdapat banyak kandungan kalsium dalam makanan kita.
Proses penyerapan dan pembentukan tulang baru (bone remodellingi) melibatkan dua jenis sel. Sel osteoblas yang berperan dalam proses pembentukkan tulang (bone formation) atau disebut dengan mineralisasi, dan sel osteoclast yang berperan sebaliknya dalam proses penyerapan tulang (bone resorption) atau disebut dengan demineralisasi.Kerja kedua sel ini dipengaruhi beberapa faktor yang bersifat kompleks. Vitamin D, beberapa hormon (seperti paratiroid dan kalsitonin, dan kecukupan konsumsi fosfor berpengaruh atasnya.


Vitamin D
Berperan dalam proses pematangan dan pertumbuhan sel-sel kekebalan tubuh dan sel darah, bekerja menjaga kadar kalsium tetap tinggi. Dengan cara meningkatkan penyerapan mineral kalsium pada sistem pencernaan serta mengurangi pembuangannya dari ginjal.

Hormon Paratiroid
Terdapat disekitar leher depan kita menjaga keseimbangan kadar meneral kalsium dengan mengaktifkan kerja sel osteoclast sehingga mineral ini banyak dilepaskan dari tulang ke dalam darah. Bersama vitamin D, hormon ini meningkatkan penyerapan mineral kalsium dari saluran pencernaan.

Hormon Kalsitonin
Mempertahankan keseimbangan meneral kalsium dengan meningkatkan kerja osteoclast dan pembuangan mineral melalui ginjal. Bila kadar kalsium dalam darah berlebihan, hormon kalsitonin yang aktif. Sebaliknya, bila kadar kalsium dalam darah rendah, hormon paratiroid dan vitamin D akan aktif.

Fosfor
Konsumsi fosfor yang cukup akan mengurangi pembuangan kalsium dari urine sehingga dengan sendirinya fungsi sel osteoblast tidaklah aktif.

Kadar kalsium normal dalam darah berada pada kisaran 10 mg%. jika lebih dari 10 mg% dapat dikategorikan sebagai hiperkalsemik. Sebaliknya, jika kurang dari 10 mg% termasuk hipokalsemik. masa pembentukkan kepadatan tulang akan mencapai titik maksimal (peak bone mass) pada kurun waktu 30-40 tahun.
Kehilangan kepadatan tulang pada pria dan wanita berbeda. Pria hanya kehilangan 20-30% massa tulang selama hidupnya, sedangkan wanita kehilangannya bisa lebih tinggi lagi, yaitu 30-40%. Usia 70 tahun wanita kehilangan kepadatan tulang dapat mencapai 50%, sedangkan wanita usia 90 tahun kehilangan baru mencapai 25%.
Secara literal, osteoporosis berarti “tulang keropos”. Karena usia, aktivitas osteoclast (resorpsi) meningkat dan aktivitas osteoblast (formasi) menurun. Kondisi ini menyebabkan ketidak seimbangan dalam proses “pembaruan” tulang. Jika proses formasi atau penggantian tulang tidak sempurna, tulang menjadi lemah dan osteoporosis pun muncul. Tulang akan kehilangan masa tulang dalam jumlah besar sehingga kekuatannya pun melorot drastis. Penurunan persepuluh kepadatan tulang saja menimbulkan risiko patah tulang 2-3 kali lebih sering. Kalau kondisi ini dibiarkan, risiko patah tulang sulit dihindari. Proses ketidak seimbangan ini muncul secara alamiah seperti akibat pengaruh usia lanjut, menopause, gangguan hormonal, dan ketidak efektifan tubuh. Persoalan osteoporosis pada lansia erat sekali hubungannya dengan kemunduran produksi beberapa hormon pengendali remodelling tulang, seperti kalsitonin dan hormon seks (esterogen dan testosteron). Dengan bertambahnya usia, produksi beberapa hormon tersebut akan merosot.

III. Tinjauan Penyakit
A. Penyebab atau Faktor Resiko
Secara garis besar osteoporosis terdiri dari 2 tipe yaitu:
1. Tipe primer, terdiri dari :
Sub tipe I : terjadi pada wanita yang telah mengalami menopause
Sub tipe II : berusia lanjut lebih dari 70 tahun
Sub tipe idiophatik : didapati pada wanita dan pria dalam usia relatif jauh lebih muda
2. Tipe sekunder, disebabkan faktor dari luar seperti kelainan hormonal, kelainan pola makan, penggunaan obat-obatan, serta gaya hidup.
Faktor-faktor risiko terserang osteoporosis dan keretakan tulang :
1. Berusia 55 tahun atau lebih
2. Faktor genetik dan medis
a. Riwayat keluarga menderita osteoporosis
b. Keturunan kaukasia atau asia / tidak termasuk etnis negro
c. Wanita yang kurus atau bertulang kecil
d. Wanita yang telah mengalami menopause dan kadar esterogennya rendah atau wanita yang mengalami menopause dini (sebelum umur 45 tahun)
e. Pernah mengalami keretakan tulang yang terjadi dengan mudah, tanpa trauma besar
f. Penggunaan kortison tiap hari
g. Diare kronis atau pengangkatan sebagian usus dengan pembedahan
h. Penyakit ginjal dengan dialisis
3. Faktor gaya hidup
a. Merokok sigaret
b. Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan
c. Kurang olah raga (terutama yang mempunyai berat badan besar)
d. Kurang mengkonsumsi kalsium
e. Tidak pernah mengandung
f. Kurang vitaminD dari sinar matahari, makanan atau suplemen
g. Mengkonsumsi makanan yang berkadar protein tinggi
h. Konsumsi garam dalam julmah besar
i. Suka mengkonsumsi minuman ringan, baik yang mengandung kafein maupun bebas kafein secara berlebihan
j. Anoreksia nervosa

B. Insiden
Penyakit yang dikenal dengan keropos tulang ini memang biasanya dialami oleh orang yang berusia lanjut. Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI, seiring dengan bertambahnya usia harapan masyarakat Indenesia yang meningkat dari 64,71% di tahun 1995-2000 menjadi 67,68% di tahun 2000-2005, dan populasi penduduk lanjut usia mencapai 18,4 juta di tahun 2005, 19,7% dari populasi tersebut menderita osteoporosis. Akan tetapi, osteoporosis juga merupakan silent desease (penyakit diam-diam) sehingga tidak heran seringkali penderita tidak menyadari bahwa dirinya mengalami keropos tulang.
Penyakit osteoporosis sering kali terjadi pada wanita karena dihubungkan dengan penurunan hormon wanita yaitu esterogen yang sangat erat kaitannya dalam pembentukan dan penyerapan tulang. Tetapi bukan berarti pria harus berleha-leha terhadap ancaman osteoporosis. Berkurangnya massa tulang dan kepadatan tulang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berperan dalam metabolisme tulang. Berdasarkan hasil data penelitian yang menyebutkan bahwa wanita berumur 65 tahun keatas yang menderita osteoporosis 15-20% dan umur 80 tahun lebih banyak lagi, yakni sekitar 25-40%. Menurut penelitian Institut Kedokteran Garvan, diperkirakan 25% wanita dan 6% pria di Australia bakal terkena osteoporosis. Setiap tahun diperkirakan 20.000 wanita mwngalami keretakan tulang panggul, dan dalam setahun satu diantaranya akan meninggal karena komplikasi. Pada tahun 90-an diseluruh dunia diperkirakan terdapat 1,6 juta kasus patah tulang panggul, dan diramalkan akan terus meningkat hingga 3,94 juta kasus pada tahun 2025 dan 6,26 juta kasus dalam 25 tahun berikutnya seiring dengan semakin tingginya usia harapan hidup.
Kecendrungan penyakit osteoporosis diseluruh muka bumi menurut WHO, dapat dikatakan sangat mengkhawatirkan. Pada pertengahan abad mendatang jumlah patah tulang panggul karena osteoporosis diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat dari 1,7 juta di tahun 1990 menjadi 6,3 juta kasus di tahun 2050 kelak. IOF juga menyebutkan bahwa diseluruh dunia, satu dari tiga wanita dan satu dari delapan pria yang berusia 50 tahun keatas memiliki resiko mengalami patah tulang akibat osteoporosis dalam hidup mereka.

C. Tinjauan Aspek Manusia, Tempat, dan Waktu
Osteoporosis banyak didapati pada mereka yang telah lanjut usia. Tidak perlu diragukan lagi, memang ada hubungan erat antara osteoporosis dengan usia lanjut. Saat seseorang menginjak usia 25 tahun, secara perlahan namun nyata fungsi organ tubuh akan mengalami penurunan dengan tingkat persentase berbeda-beda. Dengan bertambahnya usia produksi dari beberapa hormon akan merosot, hanya saja penurunan produksi beberapa hormon berbeda-beda satu sama lain. Kalsitonin yang menyokong aktivitas sel osteoblast, sehingga memungkinkan terjadinya pembentukan tulang akan mengendur aktivitasnya setelah seseorang menginjak usia ke-50. Disusul kemudian dengan penurunan esterogen pada kurun waktu usia 48-52 tahun. Terakhir testosteron pada usia diatas 70 tahun. Selain itu juga osteoporosis disebabkan kemunduran fungsi pencernaan, serta berkurangnya aktivitas fisik.
Menopause adalah salah satu dari faktor resiko terjadinya osteoporosis. Banyak penelitian menunjukkan menopause alamiah muncul rata-rata pada usia 48-52 tahun. Di Indonesia sendiri diperkirakan terjadi pada usia antara 49-50 tahun. Sebuah penelitian multidisipliner, yang dilakukan seorang antropolog dan dua orang spesialis obstetri dan ginekologi yang meliputi daerah Jateng dan Minangkabau serta meliputi golongan ekonomi atas, menengah, dan bawah menemukan umur rata-rata menopause pada wanita Jateng adalah 50,2 tahun. Untuk daerah Minangkabau dicapai pada usia 48,7 tahun. Umur paling muda diantara wanita pedesaan pada kedua kelompok ini adalah 36 tahun untuk Jateng dan 48 tahun untuk Minangkabau.
Pada waktu menopause ada kemerosotan curam produksi esterogen dalam tubuh wanita. Esterogen sangat efektif dalam menghentikan proses penipisan tulang, dan meningkatkan kekuatan tulang. Setelah esterogen tidak lagi berlimpah tulang larut lebih cepat dari pada menjadi padat karena kalsium berkurang dan tulang wanita bisa menjadi lebih lunak, lebih lemah dan lebih mudah patah.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit
1. Menurut The Wheil
a. Faktor fisik
- Lingkungan rumah yang kurang kondusif untuk penderita osteoporosis
· Kurangnya paparan sinar matahari
· Lantai kamar mandi yang licin
· Terdapat barang berserakan
· Tangga yang tidak ada pegangannya, dll
b. Faktor sosial
- Perokok berat
- Anoreksia nervosa
- Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan
- Kurang olah raga
c. Faktor biologis
- Wanita yang telah mengalami menopause
- Wanita kurus atau bertulang kecil
- Kurang mengkonsumsi kalsium
- Malnutrisi



2. Menurut John Gordon / Triangle Epidemiologi
Host (manusia) Agent
- daya tahan tubuh - defisiensi kalsium
- kebiasaan Environment
- umur - kurang paparan sinar
- ras matahari
- faktor genetik - perokok berat
- jenis kelamin - keadaan ekonomi

3. Menurut The Web Of Caution

Merokok menopause dini
H.Esterogen
Wanita menopause

Koping terhadap malnutrisi
osteoporosis
stress defisiensi
kalsium

Diare kronis

Kurang olah raga



E. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Prinsip pencegahan berdasarkan konsep menurut Clark :
1. Promotion
a. Pendidikan kesehatan/penyuluhun pada masyarakat tentang osteoporosis dan pengaruhnya terhadap kehidupan
b. Pendidikan kesehatan pada ibi hamil dan menyusui untuk memenuhi kebutuhan kalsium yang cukup tinggi
c. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan tidak merokok dan minum-minuman keras
d. Pemeliharaan kesehatan perorangan dengan meningkatkan asupan nutrisi yang berkadar kalsium tinggi dan vitamin D untuk mencegah osteoporosis

2. Specific protection
a. Rajin berolah raga
b. Upayakan mencapai BB ideal
c. Penuhi kebutuhan nutrisi dengan menambah kalsium dan vitamin D
d. Hilangkan kebiasaan merokok, mengonsumsi alkohol dan kafein
e. Upayakan menghindari cidera jatuh
f. Berjemur ±15 menit dibawah sinar matahari pagi atau sore hari, membantu tubuh mensintesa atau membuat vitamin D

3. Early diagnosis and prompt treatment
a. Pemeriksaan radiologi tulang khusus yakni CT-Scan
b. Pemeriksaan laboratorium dengan pengukuran kadar kalsium total, kalsium ion, fosfor, kalsitonin serum, fosfatase alkali, hidroksiprolin urine, osteokalsin, prokolagen peptida, Pyridinoline (PXD), dan Pyridinoline cross link(DPD), vitamin D, hormon paratiroid serta hormon tyroid.

4. Disability limitation
Pencegahan dan pengobatan osteoporosis melibatkan pemberian nutrisi yang kaya kalsium, fosfor, dan vitamin D, olah raga teratur, menghindari faktor risiko dan juga dengan obat-obatan.
a. Pengobatan yang aman dan efektif diantaranya :
1) Osteonate
Mengandung risedronate, suatu bifosfonate yang bekerja sebagai antiresobsi tulang. Pada tingkat seluler residronate menghambat aktifitas osteoklas dan memicu proses apoptosis osteoclast. Dikonsumsi dengan dosis 5 mg perhari dengan segelas air putih (200ml) minimal 30 menit sebelum makan.
2) Osteofem
Mengandung kalsiterol, suatu metabolit aktif dari vitamin D. bekerja meningkatkan absorbsi kalsium di usus dan juga mengatur meneralisasi tulang. Diberikan dosis 0,25 mg dua kali sehari.
b. Asupan kalsium
c. Hormone Replacement Therapy (HRT)
HRT adalah kombinasi antara esterogen dan progesteron. Pemberian HRT adalah untuk mencegah keropos telang lebih lanjut.
d. Bifosfonate, mengurangi resorbsi tulang dengan menghambat osteoclast.
e. Kalsitonin, menghambat resorbsi tulang,
f. Selective Esterogen Receptor Modulator (SERM), membantu meningkatkan kepadatan mineral tulang dan alternatif yang diperlukan untuk HRT, karena mereka tidak mempunyai pengaruh terhadap jaringan payudara dan selaput lendir, termasuk uterus. SERM juga digunakan untuk pengobatan beberapa jenis kanker payudara

IV. Skrening
Kelainan osteoporosis dapat diketahui lebih awal melalui pemeriksaan radiologi tulang khusus, yakni dengan tekhnik Osteo CT-Scan, meliputi :
Tekhnik
Bagian yang diperiksa
- Single Photon Absorptiometri (SPA)
- Dual Photon Absorptiometri (DPA)

- Quantitative Computed Tomography (QCT)
- Dual Energy X-Ray Absorptiometri (DEXA)
(paling sering digunakan)
- Total Energy X-Ray Absoptiometri (TBNAA)

- Tulang bagian lengan bawah
- Tulang belakang dan bongkol tulang
paha
- Tulang belakang
- Tulang belakang, lengan bagian bawah,
panggul
- Jumlah seluruh kalsium yang terdapat
dalam tubuh dan jumlah kalsium yang
hilang dari tubuh satu tahun kemudian

Pemeriksaan laboratorium sebagai pelengkap yang sangat mendukung untuk mengetahui latar belakang penyakit :
o Pengukuran kadar osteokalsin, pyridinoline/deoxypyridinoline cross link, serta fosfatase alkali dalam darah untuk mengetahui gangguan pada pembentukan tulang.
o Pengukuran kadar pyridinoline dan hidroksiproline urine untuk mengetahui gangguan penyerapan tulang.
o Pungukuran kalsium (baik dalam darah maupun urine), kadar fosfat, vitamin D, hormon paratiroid, dan kadar kalsitonin untuk mengetahui adanya gangguan metabolisme kalsium.

V. Pemeriksaan Diagnostik Pilihan
1. DEXA Scan (Dual Energy X-Ray Absorptiometri)
Merupakan metode paling akurat untuk mendiagnosa osteoporosis. DEXA Scan mengukur kepadatan tulang dan memfokuskan pada kepadatan tulang panggul, tulang belakang, dan tulang pergelangan. Pada pasien osteoporosis, bagian-bagian ini merupakan bagian yang beresiko tinggi untuk patah.
2. Laboratorium darah dan urine
Untuk mengidentifikasi substansi yang terlibat dalam pelarutan tulang.

VI. Therapi
1. Pengobatan dengan :
a. HRT
b. Bifosfonate
c. SERMS
d. Osteonate dan Ostefem
2. Asupan kalsium yang adekuat

VII. Riwayat Penyakit yang Khas
Pada penderit osteoporosis biasanya riwayat penyakit yang khas adalah :
1. Kerabat perempuan yang menderita osteoporosis
2. Pernah mengalami keretakan tulang yang terjadi dengan mudah tanpa trauma besar
3. Menopause dini

VIII. Aspek yang Menentukan Prognose Penyakit
1. Asupan nutridi terutama kalsium, fosfor, vitamin D yang tidak adekuat
2. Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol yang sulit di hentikan atau dibatasi
3. Cidera khususnya jatuh

PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS

A. Konsep Dasar Penyakit
1.Pengertian
· Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darahatau hiperglikemia.
· Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks, melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak serta berkembangnya komplikasi mikrovaskuler, makrovaskuler dan neurologis.
· Seseorang dengan metabolisme normal mampu mempertahankan kadar glukosa darah antara 70 – 10 mg/dl ( euglikemi )dalam kondisi asupan makanan yang berbeda-beda.
· Pada keadaan non-diabetik, kadar glukosa darah dapat meningkat antara 120 – 140 mg/dl setelah makan ( post prandial ). Namun keadaan ini akan menjadi normal dengan cepat kelebihan glukosa dalam darah akan disimpan sebagai glikogen dalam inti dan sel otot ( glikoneogenesis ).
· Kadar glukosa darah normal dipertahankan selama keadaan puasa karena glukosa dilepaskan dari cadangan-cadangan tubuh. Pemecahan glikogen ( glikogenesis) dan glukosa yag baru dibentuk dari asam amino, laktat dan gliserol ( glikoneogenesis ).

2. Etiolgi
Berikut etiologi secara umum :
a. Faktor Genetik / Keturunan
Faktor genetik penting karena dijumpai hubungn dengan antigen dan kompatibilitas tertentu. Pada kenyataannya bila kedua orang tua diabetes maka < ¼ anak-anaknya akan menderita Diabetes Melitus Juvenil yang muncul pada pertenganhan umur.
b. Faktor Obesitas
Gejala muncul pada usia 40 – 60 th. Pada orang gemuk didapatkan insulin endogen yang banyak sekali dalam darah setelah diberi glukosa dibanding mereka yang bukan penderita.



c. Faktor Hormonal
Tubuh tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan respon yang tepat terhadap insulin.
d. Kadar Kortikosteroid yang Tinggi
Racun yang mempengaruhi pembentukan atau insulin kerusakan sel beta pancreas yang mengakibatkan produksi insulin berkurang.
e. Kehamilan ( Diabetes Gestasional ) dimana wanita yang banyak melahirkan cenderung menderita diabetes.
f. Infeksi oleh virus yang dapat menghancurkan sel-sel pancreas yang menghasilkan insulin.
g. Obat-obatan yang berefek samping menaikkan kadar glukosa darah, contoh : INH, steroid.
h. Proses Menua
i. Faktor lingkungan / gaya hidup : obesitas, kesalahan pola makan, stress, kurang olah raga.

Ø Faktor Resiko ( ADA 2003 )
- Usia >75 th
- Overweight ( BMI 25/m² )
- Keturunan
- Inactivity Habitual
- Ras atau etnik
- Riwayat gestasional DM / BBl > 9 lbs ( 4kg )
- Hipertensi ( ≥ 140/190 mmHg pada usia dewasa )
- HDL kolesterol ≤ 35 mg/dl
- Trigliserid ≥ 25 mg/dl, penyakit gout
- Policistic Ovary Syndrom
- History of vascular Disease

3. Patifisiologi
v Diabetes tipe I
o Terdapat ketidak mampuan insulin karena sel-sel beta telah dihancurkan oleh proses autoimun.
o Hiperglikemia puasa terjadi akibat glukosa yang diproduksi tidak terukur oleh hati
o Jika ada konsentrasi glukosa dalam darah tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa, akibatnya glukosa muncul dalam urine ( glukosuria ) yang disertai dengan pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan yang disebut deurisis osmotik.
o Deurisis osmotik menimbulkan peningkatan volume urine ( poliuria ), rasa haus terstimulasi dan pasien akan minum air dalam jumlah yang banyak ( polidipsi ). Karena kehilangan kalori dan saturasi seluler, maka selera makan menigkat dan penderita jadi sering makan ( poliphagi ).
o Dalam keadaan normal insulin megendalikan glikogenolisis (pemecahan) glukosa yang disimpan dan glukoneogenesis ( pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino serta substansi laim ) namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut menyebabkan hiperglikemi. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produksi samping pemecahan lemak.
o Badan keton ,merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam tubuh bila jumlah berlebihan, keadaan ini menyebabkan ketoasidosis yang ditandai nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, dan nafas bau aseton. Bila tidak di tangani akan menimbulkan penurunan kesadaran, koma bahkan kematian.
o Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki secara cepat kelainan metabolisme tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketosidosis. Diet dan latihan serta pemantauan kadar glukosa darah yang sering merupakan komponen penting ddalam therapy.

v Diabetes tipe II
o Terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
o Pada keadaan normal insulin akan terkait dengan reseptor khusus pada permukaan sel sehingga terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
o Resistensi insulin pada Diabetes Melitus tipe II ini disertai penurunan reaksi intra sel. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
o Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas Diabetes Melitus tipe II namun terdapat insulin dalam jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu, maka ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada Diabetes Melitus tipe II, namun bila tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut yang dinamakan sindrom Hiperglikemik Hiperosmolan Non Ketotik (HHNK).
o Hiperglikemik Hiperosmolan Non Ketosis ditandai dengan dehidrasi, hipotensi, anuria, kolaps stokulasi, peningkatan suhu tubuh hingga koma.
o Penanganan primer Diabetes Melitus tipe II adalah menurunkan BB, karena resistensi insulin berkaitan dengan obesitas.
o Obat hipoglikemik oral dapat ditambahkan jika diet dan latihan tidak berhasil mengendalikan kadar glukosa darah.

4. Klasifikasi
a. Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau DM tipe I
§ Usia < 30 tahun
§ Bertubuh kurus
§ Terdapat antibody insulin
§ Tidak mempunyai insulin endogen
§ Memerlukan insulin
§ Mengalami ketosis
§ Ketosis diabetik
§ Etiologi : faktor genetik, immunologi, lingkungan
b. Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau DM tipe II
§ Usia > 30 tahun
§ Bertubuh gemuk
§ Tidak memiliki anti body
§ Insulin rendah
§ Tidak memerlukan insulin
§ Ketoasidosis jarang terjadi
§ Etiologi : faktor obesitas, hereditas, lingkungan
§ Komplikasi akut : sindrom Hipoglikemik Hiperosmolan Non Ketotik
c. Diabetes yang berhubungan dengan sindrom lain
§ Bergantung pada kemampuan pankreas menghasilkan insulin
§ Mungkin memerlukan therapy obat/insulin
d. Diabetes Gestasional
§ Terjadi pada trimester II dan III
§ Disebabkan oleh hormon yang dilepaskan oleh placenta yang menghambat insulin

Ø Tanda dan Gejala
1) Diabetes secara umum
- Sering kencing terutama pada malam hari
- Haus dan lapar
- BB turun, lelah dan mengantuk
- Mudah timbul bisul
- Gatal-gatal pada kelamin luar (higiene perseorangan)
- Nyeri otot, neuritis perifer
- Gairah seksual menurun
- Pengelihatan kabur

2) Tanda dan gejala Hipoglikemi :
- SSP : pengelihatan kabur, sakit kepala, gerakan spastik
- Sistem saraf otonom : banyak keringat, lapar, pucat, tremor, hilang rasa
- Perubahan psikis : depresi, mengantuk
- Muskuler : lemah dan mudah capai

3) Tanda dan gejala hiperglikemi :
- Kadar gula darah > 70 – 110 mg/dl
- Kesadaran apatis
- Dehidrasi ditandai dengan kelemahan neurologis, turgor kulit menurun

5. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan kadar glukosa darah


Baik
Sedang
Buruk

KGD Puasa
2 JPP

80 - 120
80 - 160

120 - 140
160 - 200

> 140 mg/dl
> 200 mg/dl

b) Aseton plasma (keton) positif secara mencolok
c) Pemeriksaan kadar glukosa urine
Gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat
d) Pemeriksaan glukosa toleransi test
Terganggu bila :
§ KGD puasa < 140 mg (darah vena), < 120 mg (darah perifer)
§ JGD 2 JJP 140 – 200 mg (darah vena dan kapiler)

e) Pemeriksaan kadar HbAic
Untuk evaluasi insulin/kadar gula selama 3 bulan, diperuntukkan bagi mereka yang kadar gula darahnya tidak teratur.
f) Asam lemak bebas
Kadar lipid dan koesterol meningkat.
g) Osmolalitas serum
Meningkat tetapi biasanya < 330 m Osm/L
h) Elektrolit
Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun.
Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler) selanjutnya akan menurun.
Fosfor : lebih sering menurun.
i) Hemoglobin glikosilat
Kadarnya meningkat 2 – 4 x lipat dari normal yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan kontrol inadekuat versus DKA yang insiden.
j) Gas Darah Arteri
Biasanya menunjukkan PH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
k) Trombosit Darah
HB mungkin meningkat leukositosis, hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
l) Ureum / Creatinin
Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi, penurunan fungsi ginjal)

6. Penatalaksanaan
1. Diet atau Pengaturan Makanan
Tujuan diet : - memperbaiki kesehatan umum
- memperoleh berat badan ideal
- menghasilkan pertumbuhan yang normal
- mempertahankan glukosa darah mendekati normal
- mencegah angiopati
- memodifikasi diet bila terdapat komplikasi
- membuat diet menarik yang realistic




Prinsip pengaturan
Pengaturan makanan sehari bagi seorang diabetisi sebaiknya berpedoman pada 3 J yaitu jumlah kalori dan zat gizi,jadwal pemberian makanan dan jenis bahan makanan yang akan dikonsumsi. Dengan komposisi karbohidrat 60 –
70 % , protein 10 – 50 %, lemak 20 – 25 %, kolestrol < 300 mg/hr dan serat 25 gr/hr.
2. Latihan Jasmani
Gunanya : - meningkatkan kepekaan reseptor insulin
- mencegah abesitas
- meningkatkan kadar HDL, kolestrol
- memperbaiki aliran darah penfor
- menaikan pembakaran lemak menurunkan kadar Kolestrol dan trigliserida
- merangsang pembentukan glikogen baru
- merangsang regulasi DM lebih baik

Perlu diwaspadai pada latihan jasmani berat antara lain hipoglikemia, serangan jantung, perdarahan retina, cedera lutut, trauma kaki, memperberat diabetes berat.
Prinsip Olahraga
C : Continous
D : Rhytmical
I : Interval
P : progressive
E : Endurance
3. Pengobatan
Tujuan : - menurunkan kadar gula darah, menstabilkan kadar glukosa
- pengobatan komplikasi
Macam Obat :
- Insulin
Jangka pendek : P. Actrapid Human 40 Reguler Insulin
Jangka menengah : Monotard Human 100, Insulatard, NPH
Jangka panjang : tidak dianjurkan karena resiko terjadi hipeglikemia (PZI)
Campuran kerja pendek, menengah, panjang ( mixtard )


- Obat Hipoglikemil Oral ( OHO )
Golongan Sulfonilurea
Golongan Biguanida
Golongan Inhibitor Alpha Gibeosidase
4. Penyuluhan
Penyuluhan pasien DM merupakan dasar utama pengobatan karena pengetahuan DM yang rendah menjurus ke arah trjadinya komplikasi.
Hal yang perlu dijelaskan :
- Apa panyakit DM itu ?
- Cara diet yang benar (jumlah kalori, jadwal diet dan jenis makanan)
- Kesehatan mulut (tidak boleh ada sisa makanan dalam mulut, selalu kumur setiap selesai makan)
- Latihan ringan, sedang, teratur setiap hari, tidak boleh latihan berat yang berbahaya.
- Menjaga baik bagian bawah ankle joint (sepatu, potong kuku, tersandung, hindarkan luka)
- Tidak boleh menahan kencing.

7. Komplikasi Kronis
Ø Makrovaskuler
o Penyakit arteri koroner
o Penyakit serebrovaskuler
Ø Mikrovaskuler
o Retinopati diabetik
o Katarak
o Perubahan lensa
o Kelumpuhan otot ekstra okuler

v Komplikasi akut :
a. Hipoglikemi (reaksi insulin)
Terjadi bila kadar glukosa darah turun dibawah 50 – 60 mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral berlebihan, konsumsi makanan terlalu sedikit atau aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemi dapat terjadi siang atau malam, bisa dijumpai ketika pasien tertunda waktu makan atau lupa makan cemilannya.
Reaksi hipoglikemi adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa dengan tanda-tanda : rasa lapar, gemetar, keringat dingin dan pusing.

Ø Gejala Hipoglikemi :
1. Fase I : kadar gula <60 mg/dl, belum ada gejala
2. Fase II : kadar gula < 50 mg/dl, dengan gejala keringat banyak,
palpitasi, tremor, dan lapar.
3. Fase III : kadar gula <20 mg/dl, dengan gejala neurologis/fungsi
otak.
Ø Tanda klinis Hipoglikemia
1. Stadium Parasimpatis : lapar, mual, TD turun
2. Stadium gangguan otak ringan : lemah, lesu, sulit bicara, kesulitan menghitung sementara.
3. Stadium Simpatis : keringat dingin pada muka, bibir dan tangna gemetar.
4. Stadium gangguan otak berat : tidak sadar, tanda kejang.

ü Penanganan
- Memberikan air minum
- Minuman mengandung gula murni (bukan pemanis), berkalori
- Suntikan glukosa 40% IV
- Glokagon bila perlu

b. Diabetes Ketoasidosis (DKA)
§ Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin, sehingga mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, ditandai dengan : hiperglikemia, hiperosmolalitas, dan asidosis metabolik.
§ Gambaran klinis yang penting adalah dehidrasi, kehilangan elektrolit, letargi yang mendahului koma, pernafasan kusmaul, mual, muntah, nafas berbau keton.
§ Hiperglikemi dan ketoasidosis diabetik akan menimbulkan poliuria dan polidipsi, penderita juga mengalami pengelihatan kabur, kelemahan, sakit kepala disertai anorexia dan nyeri abdomen. Perubahan status mental bervariasi dan kaar glukosa antara 300 – 800 mg/dl.

ü Kondisi penyebab DKA :
1) Insulin tidak berlebihan
c. Gloukoma
d. Nephropati
e. Neuropati

8. Prognosis
Prognosa pasien DM sangat tergantung pada kepatuhan penderita dalam mengendalikan faktor-faktor resiko untuk terjadinya komplikasi kronis. Faktor-faktor resiko tersebut antara lain :
1. Kadar gula darah yang tinggi
2. Tekanan darah yang tinggi
3. Kadar lemak darah yang tinggi
4. Merokok
5. Kurang atau tidak berolahraga
6. Obsesi

KONSEP KELUARGA LANSIA

A. Pengertian Lansia
Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikarunia usia panjang, terjadi tidak bisa dihindari oleh siapapun, namn manusia dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Menua (menjadi tua = aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dann fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakkan yang diderita.

B. Batasan-Batasan Usia Lanjut
1. Menurut WHO
a. Usia pertengahan (middle age) : 45 – 59 tahun
b. Usia lanjut (elderly) : 60 – 74 tahun
c. Usia lanjut tua (old age) : 75 – 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) : > 90 tahun
2. Menurut Prof. Dr. Koesmarto Suryonegoro
a. Dewasa muda (elderly adulthood) : 18 / 20 – 25 tahun
b. Dewsa penuh (middle years) atau maturitas : 25 – 60 / 65 tahun
c. Lanjut usia : 75 - 80 tahun
d. Very old : > 80 tahun
3. Menurut UU No. 4 tahun 1965 lajut usia adalah seseorang yang usia 60 tahun (BAB I pasal 1 ayat 2)
4. Usia Psikologi : Yang menunjuk kepada kemampuan seseorang untuk
mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang
dihadapi.

Usia Sosial : Yang menunjukkan kepada peran-[eran yang diharapkan atau
diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya
Usia Biologis : Yang menunjukkan kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada di dalam keadaan hidup tidak mati.
5. Menurut Dra. Nya Jos Maedani
a. Fase inventus : 25 – 40 tahun
b. Fase verilitas : 40 – 50 tahun
c. Fase prasenium : 55 – 65 tahun

C. Teori-Teori Proses Menua
1. Proses individual
a. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
b. Masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
c. Tidak ada satu faktor pun ditentukan untuk mencegah proses menua
2. Teori-teori
a. Secara keturunan dan atau mutasi (somatic mutatic theory) setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari pada sel-sel kelamin.
b. Pemakaian dan rusak, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sl-sel tubuh lelah (terpakai).
c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori akumulasi dari produk sisa, sebagai contoh adanya pigmen upo fructine di sel otot ja di sel otot jantung dan sel susunan saraf pusat pada orang lanjut usia yang mengakibatkan mengganggu fungsi sel itu sendiri.
d. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
e. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekuurangan gizi.
f. Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)

3. Teori Genetik Clock
Menurt teori ini menua telah terprogram secara genetic untuk spesies-spesies tertentu tiap 3 spesies yang telah berputar menurut replikasi sel bila jam kita akan meninggal dunia. Meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir kotastrofal.
4. Teori social
a. Teori interaksi social (Sosial Exchange Theory)
Menjelaskan mengapa lansiabertindak pada suatu situais tertentu yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.
b. Teori penarikan diri (Disagagement Theory)
Dengan bertambahnya usia, seseorang berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan social, keadaan ini meningkatkan prose interaksi social lanjut usia menurun.
c. Teori aktifitas (Activity Theory)
Teori aktfitas dikembangkan oleh Palerma (1965) dan et all (1972) yang mengatakan bahwa penuaan tergantung dari bagaimana seseorang lansia merasakan kepuasan dalam melakkan aktifitas.
Pokok-pokok teori aktifitas yaitu :
1) Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan terlibat sepenuhnya dan lansia dimasyarakat.
2) Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seseorang lansia.
d. Teori kesinambungan
Pokok-pokok teori kesinambungan :
1) Lansia tidak disarankan untuk dilepaskan peran ata harus aktif dalam proses penuaan akan tetapi ada pengalamannya dimasa lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau yang dihilangkan.
2) Peran lansia yang tidak perlu diganti.
3) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai macam adaptasi.
e. Teori perkembangan (Development Theory)
Pokok-pokok teori perkembangan :
1) Masalah merupakan saat lanjut usia merumuskan seluruh masa kehidupan.
2) Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan social yang baru yaitu pension dan menduda.
3) Lanjut usia harus menyesuaikan diri akibat perannya yang berakhir di dalam keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosalnya.
f. Teori stratifikasi usia (Age Stratification Theory)
Pokok-pokok teiori stratifikasi :
1) Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat
2) Terdapatnya transisis yang dialam ooleh kelompok
3) Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran di antara penduduk

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
1. Herediter/keturunan
2. Nutrisi/makanan
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Stress

E. Perubahan-Perubahan Pada Usia Lanjut
1. Perubahan-perubahan fisik
a. Sel
§ Lebih sedikit jumlahnya
§ Lebih besar ukurannya
§ Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
b. System persyarafan
§ Cepatnya penurunan hubungan persyarafan
§ Lamnbat dalam respon dan waktu untuk bereaksi
§ Mengecilnya syaraf panca indra

c. System pendengaran
§ Presbiakus (gangguan pada pendengaran)
§ Membrane tympani menjadi atropi memyebabkan aterosklerosis
§ Pterjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras atau meningkatnya keratin
d. System pengelihatan
§ Kornea lebih berbentuk sfelis (bola)
§ Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)
§ Daya adaptasai terhadap kegelapan lebih lambat susah melihat dalam cahaya gelap
§ Hilangnya daya akomodasi
§ Menurunnya lapang pandang (berkurang luas pandang)
§ Menurunnya daya membedakan warna
e. System kardiovaskuler
§ Katub jantung menebal dan menjadi kaku
§ Kemampuan jantung memompa darah, menurun 1% setiap tahun sesudah usia 20 tahun
§ Kehilanggan elastisitas pembuluh darah
§ Tekanan darah meningkat
f. System respirasi
§ Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
§ Menurunnya sktifitas dari silia
§ Paru-paru kehilangan elastisitas
§ Alveoali ukuranya melebar dri biasa dan jumlahnya berkurang
§ Oksigen pada arter menurun menjdi 75 mmHg
§ Oksigen pada arteri tidak diganti
g. System gastrointestinal
§ Kehilangan gigi penyebabnya adallah periodontal deases
§ Otot veika urinaria menjadi lemah dan kapasitas menurun
§ Pembesaran prosta ± 75% dialami oleh pria diatas 65 tahun
§ Atrofi vulva
§ Vagina, selaput lender menjadi kering, elastisitas jaringan menurun
§ Daya seksal masih ada tidak ada batasan umur tertentu dimana fungsi seksual berhenti
h. System endokrin
§ Produksi dari semua hormone menurun
§ Fungsi dari paratiroid dan funginya tidak berubah
§ Pituitary, pertumbuhan hhormon ada tetapi lebih rendah
§ Menurunnya produksi tiroid
§ Menurunya produksi aldosteron
§ Menurunnya sekresi hormone kelamin
i. System integumen
§ Kulit mengkerut atau keriput
§ Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu
§ Rambut dalam hidung dan telingan menebal
2. Perubahan-perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhhi perubahan mental :
a. Perubahan fisik
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
e. lingkungan
3. Perubahan-perubahan psikososial
a. Pensiunan
b. Merasakan atau sadar akan kematian
c. Perubahan dalam cara hidup
d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan
e. Penyakit kronis dan ketidakmampuan
f. Kesepian akibat dari pengasingan dari lingkungan sosial
g. Gangguan syaraf panca indra, timbul kebutaan atau ketulian
h. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
i. Hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik

F. Tugas-Tugas Perkembangan Lansia
1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
Mempertahankan terhadap hidup seseorang merupakan suatu prediktor kesejahteraan yang baik ntuk lansia. Kebanyakan lansia tinggal dirumahnya sendiri yang pada umumnya dapat menyesuaikan diri lebih baik dari pada yang tinggal dirumah anak atau keluarga mereka. Perumahan setelah masa pensiun sering kali menjadi masalah meskipun kebanyakan lansia memiliki rumah sendiri tetapi sebagian besar rumah telah tua dan rusak.
2. Menyesuaikan pendapatan yang menurun
Saat pensiun terjadi penurunan pendapatan secara tajam seiring berjalannya waktu pendapatan menurun kebutuhan meningkat seiring unculnya masalah kesehatan megakibatkan penggunaan pelayanan kesehatan meningkat.
3. Mempertahankan hubungan perkawinan
Perkawinan mempunyai kontribusi yang besar bagi moral dan aktivitas yang berlangsung bagi pasangan lansia. Riset menunjukkan meskipun terjadi penurunan kapasitas seksual secara perlahan-perlahan namun keinginan dalam kegiatan seksual terus, bahkan meningkat walaupun menurun karena adanya masalah sosio emosional.
4. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan peran
Secara umum merupakan tugas perkembangan yang paling traumatis. Menurut penelitian lansia, bahwa lansia wanita lebih mendeita karena kematian pasangannya disbanding pria. Lansia menyadari kesadaran akan sebagai proes kehidupan yang normal, akan tetapi kesadaran akan menyesuaikan dengan mmudah terhadap kematian.
5. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
Keluarga merupakan fokus interaksi social dan sumber utama dukungan social. Lansia biasanya menarik diri dari aktifitas-aktifitasnya. Hubungan dengan pasangan anak dan cucu-cucunya menjadi lebih penting. Anggota keluarga merupakan sumber utama bantuan interaksi social.


6. Melakukan Life review
Berbicara tentang kehidupan masa lalu lansia menjadi aktifitas yang vital dan umum karena aktifitas ini menggambarkan suatu penelaahan terhadap arti sentral dari kehidupan lansia.


G. Masalah dan Penyakit yang Sering Dihadapi oleh Usia Lanjut
1. Mudah jatuh
Ada 2 faktor penyebab mudah jatuh, yaitu :
a. Faktor intrinsik
§ Gangguan jantung atau sistem sirkulasi darah
§ Gangguan sistem susunan syaraf
§ Gangguan sistem anggota gerak
§ Pengaruh obbata-obatan yang dipakai
§ Gangguan sistem pengelihatan
§ Gangguan psikologis
b. Faktor ekstrinsik atau pengaruh lingkungan sekitar
§ Cahaya ruang yang kurang turang
§ Lingkungan yang tidak biasa bagi lanjut usia sehingga dirasa asing pada sekitarnya
§ Lantai yang licin
2. Mudah lelah, hal ini disebabkan :
a. Factor psikologis, yaitu perasaan bosan, keletihan,atau perasaan depresi
b. Ganggan organis, yaitu anemia, kekurangn vitamin, perubahan pada tulang (osteomalasia), gangguan pncernaan, kelaianan metabolisme (diabetes melitius, hipertiroid)
c. Pengaruh obat-obatan misalnya penggunaan obat penenang, obat jantung, obat yang melelahkan daya kerja otot.


3. Nyeri dada
a. Penyakit jantung koroner yang menyebabkan iskemia jantung
b. Aneurisma aorta
c. perikarditis
4. Kekacauan mental akut, disebabkan :
a. Keracunan
b. Penyakit infeksi demam tinggi
c. Alcohol
d. Penyakit metabolisme
e. Dehidrasi atau kekurangan cairan
f. Gangguan fungsi otak
g. Gagguan fungsi hati
h. Radang selaput otak (meningitis)
5. Sesak nafas pada waktu melakukan kearaja fisik, dapat disebabkan oleh :
a. Kelemahan jantung
b. Gangguan sistem saluran nafas
c. Karena BB berlebihan (overweight)
d. anemia
6. Berdebar-debar (palpitasi), dapat disebabkan oleh :
a. Gangguan irama jantung
b. Keadaan umum adan yang lemah karena penyakit kronis
c. Factor-aktor psikologis dan lain-lain
Bila ketiga gejala nyeri dada, sesak nafas, dan berdebar-debar terjadi bersamaan dalam waktu yang sama kemungkinan besar adalah disebabkan karena gangguan pada jantung.
7. Pembenkakan kaki bagian bawah, dapat disebabkan :
a. Kaki yang lama digantung (edema gravitasi
b. Gagal jantung
c. Bendungan pada vena pada bagian bawah
d. Kekurangan vitamin B1
8. Nyeri pinggang atau punggung, dapat disebabkan :
a. Gangguan sendi-sendi atau susunan sendi pada susunan tulang belakang (osteomalasia, osteoporosis, osteoartritis)
b. Gangguan pankeas
c. Kelainan ginjal (batu ginjal)
d. Gangguan pada rahim
e. Gangguan pada kelenjar prostat
f. Gangguan pada otot-otot badan
9. Nyeri pada sendi pinggul, misalnya :
a. Radang sendi (artritis)
b. Sendi tlang yang keropos (osteoporosis)
c. Kelainan tulang sendi (fraktur, dislokasi)
d. Akibat kelainan pada syaraf, dari punggung bagian bwah yang terjepit
10. BB menurun, dapat disebabkan :
a. Karena kurang nafsu makan, karna kurangnya gairah hidup atau kelesuan
b. Adanya penyakit kronis
c. Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu
d. Factor social ekonomi (pensin)
11. Sukar menahan BAK(sering ngompol), dapat disebabkan :
a. Obat yang mengakibatkan sering berkemih atau obat penenang yang terlalu banyak
b. Radang kandung kemih
c. Radang saluran kemih
d. Kelanan persyarafan pada kandung kemih
e. Faktor psikologis
12. Sukar menahan BAB, dapat disebabkan :
a. Obat-obat pencahar perut
b. Keadaan diare
c. Kelainan pada usus besar
d. Kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rectum-usus)

13. Gangguan sulit tidur, dapat disebabkan :
a. Faktor ekstrinsik (luar), misalnya lingkungan yang kurang tenang
b. Faktor intrinsik, bisa organik dan bisa psikogenik :
1) Organik : nyeri, gatal-gatal, dan penyakit tertent yang membuat gelisah dan
lain-lain.
2) Pskogenik : depresi, kecemasan, iritabilitas.
14. Keluhan perasaan dingin, kesemutan pada anggota badan, dapat disebabkan :
a. Gangguan sirkulasi darah local
b. Gangguan persyarafan umum (gangguan pada kontrol)
c. Gangguan pada persyarafan local pada bagian anggota badan
15. Mudah gatal-gatal,hal ini disebabkan karena :
a. Kelainan kulit : kering, degenerative (exzeme kulit)
b. Penyakit sistemik : diabetes mellitus, gagal ginjal, penyakit hati (hepatitis
kronis), keadaan alergi, dan lain-lain
pada orang-orang sakit dengan lanjut usia sering kali harus dipertimbangkan kemungkinan adanya penyakit keganasan tumorpada organ tertentu yang mudah menyebar pada orga tubuh yang lain.
16. Keluhan pusing-pusing dan sakit kepala, dapat disebabkan oleh :
a. Gangguan lokal, misalnya : vascular, migraine (sakit kepala sebelah), mata glauonma tekanan bola mata yang tinggi.
b. Penyakit sistematis yang menimbulkan hipoglikemi (kadar gula dalam darah yang tinggi)
c. Psikologik, seperti perasaan cemas, depresi, kurang tidur, kekacauan pikiran

H. Karakteristik Positif dan Negatif Pada Keluarga Lansia
1. Karakteristik positif
a. Mendapatkan banyak pengalaman dalam hidupnya
b. Perkembangan psikososial : sisa hidup sebagai arti hidup keseluruhan, bertanya-tanya.
c. Perkembangan emosional : arif, bijaksana, percaya
d. Perkembangan moral atau agama : lebih berorientasi pada agama, perbahan sistem nilai dari orientasi materi ke orientasi nilai
e. Spiritualitas yang semakin matang
f. Menerima kematian
g. Adaptasi keperibahan kemampan fisik terpenting
h. Kebebasan untuk kehidupan :pengembangan hob baru, pengunduran diri, situasi keluarga dan kesehatan
i. Menerima keunikan terhadap pribadi

2. Karakteristik negatif
a. Mengalami perubahan fisiologis, misalnya pada wanita mengalami menopause
b. Mengalami perubahan mental
c. Mengalami perubahan psikososial :
§ Pensiun
§ Sadar akan kematian
§ Kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga
d. Kadang-kadang bersifat menang sendiri
e. Rasa kehilangan dan memandang rendah orang lain
f. Timbulnya penyakit kronis


I. Tingkatan Perawatan Kesehatan Lansia
1. Perawatan sendiri
Setiap orang harus menjaga kesehatannya sendiri. Orang-orang lanjut usia terutama harus didorong untuk melakukannya Karen hal ini merupakan cara terbik untuk tetap aktif. Semakin mandiri orang lanjut usia tersebut, maka hal itu akan semakin baik pula bagi mereka dan keluarga.



2. Perawatan keluarga
Banyak orang usia lanjut tidak dapat melakukan sesuatu untuk diri mereka sendiri. Keluarga orang-orang lanjut usia harus membantu mereka dalam hal-hal yang tidak dapat mereka lakukan.
3. Perawatan masyarakat
Terkadang seluruh anggota keluarga harus pergi bekerja sehingga bagi lansia yang tidak dapat mengurus dirinya sendiri seyogyanya ada warga lain yang dapat membantu lansia tersebut.dengan mempersiapkan makanan atau hal lain untuk lansia tersebut. Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab untuk menghapuskan problem kesehatan lansia dan membantu keluargannya untuk merawat lansia lebih baik.

J. Tujuan Perawatan Kesehatan Lansia
1. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan
2. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien lanjut usia
3. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit mengalami gangguan tertentu (kronis maupun akut)
4. Merangsang para petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk dapat mengenal dan menegakan diagnose yang tepat dan dini bila mereka menjumpai suatu kelainan tertentu.
5. Mencai upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu gangguan penyakit, masih dapat memperthankan kebebasan yang semaksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal)



K. Peran Perawat dalam Mengupayakan Kesehatan Lansia
1. Upaya promotif
Adalah upaya untuk meningkatkan kesehatan dan semangat hidup lansia agar tetap berguna dan dihargai bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
Upaya-upaya ini dapat berupa :
a. Kesegaran jasmani dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan lansia
b. Penyuluhan untuk mencegah terjadinya kecelakaan
c. Penyuluhan tentang penggunaan alat bantu misalnya kaca mata, alat bantu dengar
d. Membina keterampilan agar dapat mengembangkan hobi
e. Melibatkan lansia dalam kegiatan sosialsesuai denngan kemampuan
f. Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan pada Tuhan YME
2. Paya preventif
Adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit maupun komplikasinya yang disebabkan oleh proses ketuaan.
a. Pemeriksaan kesehatan berkala
b. Kesegaan jasmani
c. Penyuluhan kesehatan
d. Pembinaan mental lansia dalam meningkatkan ketaqwaan pada Tuhan
3. Upaya kuratif
Adalah upaya pengobatan bagi lansia yang sakit, upaya dapat berupa :
a. Pelayanan kesehatan dasar
b. Upaya kesehatan spesialistik melalui sistem rujukan
4. Upaya rehabilitative
Adalah upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun, upaya ini dapat berupa :
a. Perawatan fisioterapi
b. Nasehat cara hidup sesuai dengan penyakit yang diderita
c. Pembinaan lansia dalam pembenahan kebutuhan pribadi

d. Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental
e. Memberikan informasi, pengetahuan tentang penggunaan berbagai alat bantu


f. Pengembangan Upaya Kesehatan Lansia
Adalah suuatu upaya dalam penggunaan data yang diperoleh dari survey studi untuk mengembangkan peran serta masyarakat dan pelayanan di bidang kesehatan lansia dalam rangka pencapaian derajat kesehatan lansia secara optimal.
Paya-upaya yang bisa dilakukan :
1. Posyandu lansia
2. Mengikutsrtakan dalam kegiatan masyarakat
3. Menciptakan suasana hangat dalam keluarga
4. Memberikan lingkungan yang aman
5. Latihan kebugaran
6. Tersedianya fasilitas perumahan lansia oleh pemerintah